Cerpen

Sukses Belum Tentu Membahagiakan Ibunya
Orang tua mana yang tidak bahagia  jika melihat kedua anaknya lulus dengan nilai yang terbaik dari IPB jurusan manajemen bisnis dan satunya lagi lulus menjadi seorang polisi. Ketika bulan ramadhan tiba dan saat menjelang lebaran ibu dari kedua anak tersebut merindukan mereka untuk merayakan hari kemenangannya dirumahnya. Di kursi roda ia meminta tolong kepada satu anak laki-lakinya yang cacat dan tak pernah ditampakkannya kepada keluarga besar maupun masyarakat umum “Nak, bisakah kamu membantu ibu untuk menelfon kakak-kakakmu yang berada di Jakarta?” “Baik bu” lalu anak laki-laki itu dengan sigap mengambil gagang telepon dan mengambil buku telepon dan mencari nomor telepon kakaknya yang sedang bekerja di Jakarta “Halo kak, apa kabar ini ibu mau berbicara dengan kakak” “Halo juga dik, kabar kakak baik gimana dengan kalian?, dik maaf sebelumnya kakak tidak bisa berlama-lama untuk menjawab teleponmu ini karena masih banyak tugas kakak yang harus segera diselesaikan” “Tapi ibu ingin sekali berbicara dengan kakak, apakah kakak mempunyai rencana untuk datang pulang kerumah merayakan hari lebaran?” “Duh kakak belum bisa pastikan sekarang dik, tapi kakak ingin sekali bertemu dengan kalian titipkan rinduku pada ibu ya dik” “baik ka” dengan penuh harapan sang ibu bertanya bagaimana tanggapan kakaknya akankah dia datang untuk bersilahturahmi dengan keluarganya “bagaimana nak?” “hmmmm kakak belum pasti datang bu, karena jadwal kerjanya yang belum pasti” “coba sekarang ibu saja yang langsung berbicara dengan kakakmu yang kerja di PT.Ascoat itu” “baik bu” dengan wajah takut karena kakaknya akan menolak untuk pulang kerumahnya “Halo nak, ini ibu pie kabarmu nak?” “Halo bu, baik kabarku bu…ibu sendiri pie toh?” “Lumayan membaik, ibu rindu nak apa kamu akan datang lebaran nanti? Ibu akan memasakan kesukaanmu” “maaf bu aku dan istriku tidak bisa meninggalkan pekerjaan kami, jadi ibu tidak usah repot-repot memasakkan makanan kesukaanku” tanpa basa-basi genggam telepon itu ditutupnya. Hari lebaran pun tiba, setelah ibu dan anak laki-lakinya yang cacat itu memasak kesukaan kakaknya dengan segera ibunya meminta telepon seluler untuk menghubungi kakaknya tetapi nomor yang dituju sedang sibuk hingga malam tiba pun ibu masih juga meminta telepon seluler dan langsung meneleponi anak-anaknya “Nak, apa kamu benar-benar tidak inging bertemu ibu?” sambil meneteskan air mata “Maaf bu, aku tidak bisa” dengan cepat langsung menutup telepon dari ibunya dan anak laki-laki yang cacat itu langsung mengelap air mata ibunya “ibu jangan menangis lagi yak an ada aku disini, aku janji akan selalu menemani ibu” sang ibu pun terharu dan mengingat betapa jahat dirinya kepada anaknya ini yang tidak pernah dianggapnya sebagai anak yang special, yang selalu ditutup-tutupi keluarga besarnya, yang selalu tidak pernah diberikan kasih saying lebih seperti kakak-kakaknya, yang selalu ibeda-bedakan antara ia dengan kakak-kakaknya. Tersentuh hatinya dan selalu bertanya “Mengapa aku menyia-nyiakan dia Tuhan? Walupun aku selalu menyakitinya, tidak menganggapnya, tetapi dia tetap saying dan selalu mau menemaniku ketika aku sudah mengkerut...maafkan aku ya Tuhan telah menyia-nyiakan dia,,kedua anakku yang sudah bekerja dan sukses telah melupakanku sekarang aku hanya mempunyai anak laki-laki yang tetap setia menjagaku, terimakasih Tuhan telah titipkan anugerah terindah yang kau berikan pada keluarga kami untuk menjagaku hingga saat ini.

Komentar