Artikel Media Cetak



Tetap berinovasi dengan media cetak

Banyak orang yang mengira bahwa media cetak itu akan mati karena perkembangan teknologi yang semakin maju dan tidak membutuhkan proses yang panjang untuk mencetak sesuatu karena sudah tersedia di teknologi tersebut seperti halnya komputer, tetapi menurtu saya kegiatan membaca adalah kegiatan yang sangat amat penting dengan membaca kita dapat mengetahui berbagai hal pengetahuan mulai dari hal paling mendasar sampai hal yang paling sulit, dan kegiatan membaca lebih disarankan menggunakan buku karena buku adalah salah satu contoh media cetak yang selalu dipergunakan siapa pun kapan pun dan dimana pun. Berikut adalah kekhawatiran banyak orang terhadap media cetak dan beberapa perusahaan di Eropa yang  tetap bertahan hingga sukses dengan cara menginovasikan media cetak dengan mengikuti arus perkembangan teknologi yang semakin canggih.

Akan Matikah Media Cetak?
Oleh Amir Effendi Siregar

Pertanyaan yang sudah muncul 15 tahun lalu akibat cepatya perkembangan teknologi tetapi kenyataannya, hingga kini media cetak masih hadir. Dan pertanyaan itu muncul kembali dan mencari jawaban karena dalam beberapa tahun ini banyak perusahaan media cetak, terutama di Amerika Serikat, digantikan oleh internet.
        i.            Masalah kebangkrutan koran-koran di Amerika Serikat dan kekuatan perusahaan media di Eropa. Koran-koran AS yang bangkrut menggunakan modal publik menghadapi masalah biaya, sejumlah perusahaan penerbitan yang bangkrut merupakan perusahaan publik yang tiap tahun harus tumbuh untuk meningkatkan harga saham, mengambil alih banyak perusahaan, yang menyebabkan pembengkakan biaya dan utang. Sementara itu, di Eropa, banyak perusahaan media mampu bertahan bahkan sukses disebabkan pendapatan sirkulasi relatif stabil. Meski demikian, optimisme tetap tumbuh bahwa media cetak akan tetap hadir. Hanya, media harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan menjadikan online sebagai pendukung bukan musuh lalu bukan lagi exit strategy tetapi inovasi.
      ii.            Masalah krisis keuangan dan kekuatan  perusahaan media cetak di Eropa Barat.
Sistem dan pasar keuangan di AS yang control dan regulasinya lemah mengakibatkan banyak perusahaan tutup. Menyebabkan pendapatan iklan media turun berakibat kebangkrutan banyak perusahaan di AS termasuk perusahaan penerbitan, lebih disebabkan krisis keuangan global dan kapitalisme (neoliberal). Beberapa perusahaan besar, termasuk media cetak, lebih banyak memperdagangkan saham, uang, dan memperdagangkan perusahaan. Perusahaan media cetak tidak lagi memperdagangkan surat kabar dan ruang (space) media, tetapi memperdagangkan saham, melakukan akuisisi, jual beli perusahaan dan harapan. Semua ini membuat perusahaan menjadi “bengkak” menjadikan biaya rutin dan utang kian besar, yang berdampak kebangkrutan.
Di Eropa Barat, perusahaan media cetak relatif dapat bertahan dan banyak yang sukses karena pasar keuangannya terkontrol. Selain itu, media cetak tetap memusatkan kegiatan bisnis pada jual beli media cetak, termasuk ruang untuk iklan. Teknologi dimanfaatkan sebagai pendukung media cetak dan secara simultan dikelola bersama-sama.
    iii.            Masalah diskontinuitas budaya dan kekuatan beberapa Negara yang media cetaknya masih berjalan dengan baik. Media cetak masih tetap hadir di negara-negara yang penetrasi internetnya tinggi seperti Singapura, Jepang, Jerman, Denmark, Belanda. Di Negara-negara itu, seluruh media cetak masih berjalan dengan baik, tetap dibaca di banyak tempat dan waktu. Membaca media cetak sudah menjadi kebudayaan yang tidak mudah diganti begitu saja. Kita tidak dapat mempertentangkan teknologi dengan internet sebagai “musuh” media cetak, karena cara berpikir seperti itu akan menjadi ahistoris ataupun akultural. Jika itu terjadi, akan terjadi diskontinuitas budaya, kebudayaan yang satu akan melenyapkan kebudayaan yang lain.
Lalu akan matikah media cetak?
Dalam seminar dan rapat kernasional SPS, 19-20 Agustus 2009, bertema “Media di Indonesia: Kini dan Masa Datang” menyimpulkan melalui penelitian maupun diskusi bahwa membaca media cetak di Indonesia masih tinggi. Meski demikian, media cetak harus meningkatkan kemampuan professional sekaligus mengantisipasi dan mengadaptasi perkembangan teknologi.
Yang perlu dilakukan, seperti dengan industry lain, tiap perkembangan dan kemajuan teknologi harus dipelajari, diadaptasi. Tiap penerbit media cetak harus menyesuaikan dan memanfaatkan teknologi, kawin dengan media online, tumbuh dan berkembang ersama melalui langkah kreatif dan inovatif, bila tidak, penerbit media cetak akan disapu zaman.

Harian “KOMPAS” Halaman 6
Sabtu, 5 September 2009
(Sumber bacaan : KLIPING BERITA/ARTIKELTENTANG PENERBITAN)

Komentar